RSS Feed

DIMSUM BUAT DIBACA

0

Monday, 3 December 2012 by


Siapa di sini yang doyan dimsum? *Mimin angkat tangan paling tinggi*
Dimsum emang enak yaaa, baik yang digoreng, dikukus, ataupun dipanggang. Teksturnya yang lembut dan tidak terlalu berempah (khas masakan Cina) membuat kita nggak eneg meskipun makan dalam porsi yang banyak, apalagi dengan ukuran yang kecil mungil. Uuuuw, Mimin aja kalo makan bisa abis berbesek-besek :3 (agak rakus ye)

Well, kali ini NBC UI nan cool bukan mau ngebahas resep dimsum atau laporan wisata kuliner. Kami justru akan membahas sebuah buku yang masih berhubungan dengan topik dimsum tersebut. Judulnya "Dimsum Terakhir", yang ditulis oleh Clara Ng.

Clara Ng
 
Clara Ng adalah nama pena dari Clara R. Juana. Lahir pada tahun 1973 di Jakarta. Dia pernah kuliah di Ohio State University. Pekerjaan pertamanya di Indonesia adalah membangun departemen Human Resources di perusahaan shipping Korea, Hanjin Shipping.
 
Pada tahun 2000, penyakit kekentalan darah yang mengharuskan mengecek kesehatan medis setiap saat dan dia harus mengundurkan diri dari perusahaan. Tidak bekerja dan harus beristirahat total di rumah membuatnya memutuskan untuk mengolah imajinasinya ke dalam naskah pertamanya. Novel pertamanya berjudul Tujuh Musim Setahun pada tahun 2002 dan mendapat sambutan yang luar biasa dan sehingga mengalami cetak ulang beberapa kali. Beberapa buku Clara Ng yang sukses lainnya : The (Un)Reality Show, Utukki: Sayap Para Dewa Gerhana Kembar, Jampi-jampi Varaiya dan Dimsum Terakhir.

Cover buku Dimsum Terakhir
Dimsum Terakhir terbit pada 2006 ini merupakan novel yang mengangkat persoalan kehidupan orang keturunan Tionghoa yang bersikap netral. Novel ini tidak membawa isu diskriminasi, pribumi atau non-pribumi. Ini merupakan kisah keluarga tionghoa modern yang berusaha mempertahankan tradisi nenek moyangnya. Keluarga Tionghoa yang mempunyai empat anak perempuan kembar merupakan hal unik di sini, di mana menurut tradisi Tionghoa, mempunyai anak laki-laki merupakan keharusan.Empat putri kembar dari pasangan Nung Atasana dan Anas ini mempunyai pribadi yang sangat bertolak belakang sejak kecil. Tan Mei Sia (Siska) wanita karir yang perfeksionis, realistis dan mandiri. Tan Mei Yi (Indah) penulis dan wartawan. Tan Mei Xi (Rosi) merupakan anak yang tomboy dan ceria. Tan Mei Mei (Novera) guru TK yang lemah lembut.

Perbedaan karakter dan pekerjaan itu membuat banyak konflik yang tersaji, empat perempuan modern yang sibuk harus menjaga tradisi keluarga mereka. Tradisinya adalah membuat dan makan dimsum bersama-sama di hari tahun baru cina yang sudah mereka lupakan karena mereka tinggal di tempat yang terpisah. Suatu ketika Ayah mereka sakit keras yang mengharuskan mereka berempat berkumpul lagi di rumah masa kecil mereka untuk merawat ayah mereka. Timbul konflik yang lebih seru karena saudara kembar yang sudah berpisah lama kemudian dikumpulkan kembali, banyak rahasia yang terungkap di sana. Siska yang perfeksionis tetapi punya kehidupan yang tidak sempurna, Indah yang diam-diam punya hubungan dengan pastur hingga hamil. Rosi yang lesbi, Indah yang yang kehilangan keperayaan diri karena rahimnya telah diangkat karena kanker rahim. Di satu sisi mereka yang merupakan keturunan tinghoa menjadikan masalah lain dalam kehidupan mereka karena sering menerima perlakuan buruk. Tetapi segala konflik yang ada membuat mereka sadar bahwa ikatan keluarga adalah hal yang paling penting.

Buku ini banyak mengajarkan rasa kekeluargaan, peduli terhadap orang lain dan merupakan “sindiran” untuk perikehidupan masyarakat Indonesia. Nah, buat kamu yang ingin mencari bacaan seru untuk menghabiskan akhir pekan, atau sekadar dibawa-bawa sebagai pengisi waktu uang saat menunggu, buku ini bisa dijadikan pilihan yang tepat. :)

HAPPY READING!
(Resensi oleh @silvanii)


Leave a Reply

Powered by Blogger.